Membangun Defense Man-to-man



  1. Filosofi defense

Tim bola basket yang bagus, apapun tingkatnya, harus menganut beberapa prinsip defense dan masing-masing pemain harus memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan ketika melakukan defense tidak dilakukan sendirian. Setiap pemain merupakan bagian dari sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang membentuk sebuah tim dan melakukan defense bersama untuk menetralisir semua bentuk offense. Meskipun dalam suatu pertandingan, defense tidak bisa 100 persen mencegah serangan lawan, tetapi dengan bekerja sama dalam defense dapat memberikan masalah tersendiri bagi lawan. Supaya defense yang dilakukan bisa efektif, pelatih harus secara sistematis mengajarkan pada para pemainnya tentang filosofi defense yang meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Setiap pemain dalam tim harus bertanggung jawab.

  • Defense harus selalu melakukan aksi, bukan reaksi.

  • Pergerakan offense harus dicegah.

  • Dalam setiap pertandingan harus mempunyai tujuan defense yang akan dicapai.

  • Setiap defense yang dilakukan mendukung offense yang akan dilakukan.

  • Akumulasi dari aksi-aksi kecil dalam defense akan membentuk defense yang hebat.

  • Peraturan 24 detik harus menjadi senjata defense yang sangat berguna.

Membentuk sebuah sistem defense membutuhkan waktu, kesabaran, kedisiplinan, dan juga komitmen dari setiap pemain dalam tim. Pelatih bertanggung jawab menjelaskan kepada para pemainnya tentang keuntungan sistem defense yang efektif. Tugas ini memerlukan diskusi panjang, contoh-contoh, simulasi, drill-drill khusus, dan kondisi fisik yang baik. Tujuan ini hanya akan tercapai jika didukung penuh oleh semua pemain dan staf yang bekerja dalam tim.

  1. Kemampuan teknis dan fisik

Satu elemen penting dalam membangun dan mejaga sistem defense agar tetap efektif adalah kondisi fisik. Kemampuan seperti kecepatan, kekuatan, keterampilan berubah arah pergerakan, dan stamina sangat penting untuk membentuk teknik defense. Sebagai tambahan, para pemain juga harus memahami dinamika pertandingan. Belajar teknik defense seperti penggunaan kaki dan tangan, positioning yang benar, dan rebounding adalah elemen penting dalam proses pembentukan. Defense mungkin merupakan bagian dari permainan bola basket yang paling tidak disukai oleh pemain, tetapi sebuah tim tidak bisa menang tanpa melakukan defense yang baik.

Semuanya berawal dari attitude. Pemain harus mempunyai attitude yang bagus untuk menjadi defender yang hebat. Sikap yang baik dan elemen-elemen yang bisa membentuk pemain defense yang bagus bisa diperoleh dari latihan-latihan yang telah direncanakan dengan tepat.

  1. Membentuk sistem defense man-to-man

Defense man-to-man merupakan dasar dalam pembentukan semua pemain bola basket. Oleh karena itu, defense harus menjadi bagian dari perencanaan suatu tim. Pemain pemula harus membentuk konsep mereka terhadap permainan bola basket ketika berlatih defense secara individual, sehingga suatu saat nanti mereka bermain dengan filosofi akan menjaga lawannya sepanjang pertandingan. Strategi-strategi berikut ini merupakan cara efektif untuk membentuk sistem defense man-to-man:

  • Teknik bola basket harus selalu dilatih

  • Latihan 1-on-1, 2-on-2, 3-on-3, dan 4-on-4 harus diterapkan untuk membentuk konsep help, area tanggung jawab, transisi defense, antisipasi, menjadi garis passing, dan mengetahui tentang bagaimana mengambil keuntungan aksi defense.

  • Selama latihan, defense yang sukses dilakukan harus dilanjutkan dengan offense (transisi).

  • Berfokus pada sikap defense yang benar.

  • Kekompakan melakuan defense kolektif harus dilatih secara rutin.

Selama sesi latihan, pelatih setidaknya menyediakan separuh dari waktu latihannya digunakan untuk drill-drill defense.

  1. 100% defense man-to-man

Istilah defense “man-to-man” sering disalahartikan. Supaya sebuah tim dapat melakukan defense man-to-man yang efektif, kelima pemain harus bekerja bersama-sama. Karena setiap pemain lebih bertanggung jawab dalam defense ini, maka kemampuan untuk saling membantu menjadi sangat vital. Sebuah pepatah, “a chain is only as strong as its weakest link” sangat cocok dengan defense man-to-man. Man-to-man merupakan strategi defense yang paling dasar dalam permainan bola basket, tetapi paling sering disalahartikan. Agar defense man-to-man bekerja dengan baik, setiap pemain tidak hanya bertugas mengikuti pemain yang dijaganya. Tekanan pada pemain lawan yang sedang menguasai bola merupakan kunci dari defender untuk mencegah pemain tersebut melakukan passing atau shooting. Turnover sering terjadi disebabkan oleh defense man-to-man yang ketat. Defender harus memberikan tekanan pada pemegang bola, melakukan block pada setiap shooting, dan melakukan box out setiap kali ada shooting. Jangan lupa, defense man-to-man sangat rentan dengan pelanggaran. Pemain yang bagus akan belajar dengan cepat tentang bagaimana menjaga lawannya tanpa melakukan foul; bagaimana melakukan block tanpa melakukan kontak fisik dengan shooter. Pemain defense yang bagus tahu di mana pemain yang dijaganya setiap saat, dan dengan memahami jalannya pertandingan, dia bisa mengantisipasi permainan lawan. Sifat agresif dari sistem defense ini membuat lawan kehilangan sekian detik yang berharga untuk menjalankan strateginya.

Dengan memainkan defense yang ketat pada setiap sesi latihan, diharapkan para pemain juga melakukan hal yang sama dalam suatu pertandingan.

Cedera Jari Pada Bola Basket

Bola basket merupakan permainan yang sering menggunakan tangan untuk menangkap bola, dribble, defend, shoot, dsb. Cedera tulang sendi pada jari tangan seperti keseleo, urat terjepit, dan bahkan dislokasi sering kali terjadi. Dalam beberapa kasus, cedera tersebut bisa terjadi karena salah satu jari tersangkut kostum pemain lain atau jaring ring basket, setelah terjadi benturan dengan papan ring basket, atau terkena pantulan bola yang terlalu kencang.

Bengkak pada PIP (sendi proximal interphalangeal) merupakan cedera yang paling sering terjadi dalam bola basket, di samping cedera serius seperti dislokasi atau keretakan pada PIP dan DIP (sendi distal interphalangeal). Pengenalan dan perlakuan secara cepat terhadap cedera ini sangat dibutuhkan untuk mencegah cedera yang lebih lama atau bahkan permanen. Banyak cedera pada sendi jari dapat dirawat secara konservatif dengan balutan dan terapi fisik.

Contoh Kasus: Keretakan pada DIP jari telunjuk. Pemain yang menderita adalah power forward dari sebuah tim di JBL (Japan Basketball League) Super League, liga basket tertinggi di Jepang.

Penyebab: Ketika sedang melakukan sesi latihan, bola dipassing kepada pemain tersebut dan membentur keras mengenai jari telunjuk tangan kanan pemain tersebut, sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat.

Pertolongan Pertama: Meskipun bengkak dan kelainan bentuk pada jari tidak langsung terlihat jelas, pemain tersebut mengatakan ada rasa sakit yang berdenyut di bawah kukunya, pada DIP, yang merupakan tulang sendi ketiga. Oleh karena itu, jari yang cedera dengan cepat didinginkan dengan es dan kemudian dikompres. Selanjutnya pemain tersebut dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis.

Diagnosa: Setelah dilakukan pemeriksaan sinar X (Gambar 1 dan Gambar 2) di rumah sakit, pemain tersebut didiagnosa mengalami keretakan sendi ketiga pada jari telunjuknya. Tulang distal-nya pecah menjadi tiga bagian menyerupai huruf "T". Dan juga pecahan kecil dari tulang ditemukan di sisi bagian dalam dari sendi DIP.

Gambar 1 Hasil sinar X (dari atas)

Gambar 2 Hasil sinar X (dari samping)

Cara Membalut: Tim pemain tersebut menyisakan dua pertandingan di musim kompetisi reguler sebelum memasuki babak play-off. Jika pemain tersebut melewatkan dua pertandingan tersebut, maka dia punya waktu tiga minggu sebelum babak play-off dimulai. Akan tetapi, pemain ini mempunyai motivasi yang sangat tinggi dan dia tidak mau terus berada di luar lapangan. Pada waktu itu ada cara untuk memberikan sokongan pada DIP sehingga kondisi DIP yang cedera tidak akan bertambah parah, oleh karena itu pemain tersebut dibolehkan bermain lagi setelah dua minggu beristirahat. Waktu istirahat tersebut sangat lebih cepat dari biasanya. Setelah berlatih singkat, dia bisa bermain untuk timnya pada pertandingan akhir musim reguler, meskipun dengan waktu bermain yang terbatas. Pada saat di luar lapangan, pemain tersebut memakai peralatan khusus yang tidak menimbulkan tekanan pada ujung jari. Alat yang digunakan adalah pembalut khusus yang telah dilembutkan dengan cara dipanaskan. Supaya tidak menyulitkan aktivitas sehari-hari pemain tersebut, digunakan jenis pembalut jari yang panjang, sehingga mudah dipasang maupun dilepas (lihat Gambar 3 dan 4).

Gambar 3 Pembalut panjang

Gambar 4 Pemasangan pembalut panjang

Selama Latihan dan Pertandingan: Hanya menggunakan jenis pembalut yang pendek, direkatkan menggunakan plester sampai sendi jari ketiga (lihat Gambar 5 dan 6).

Gambar 5 Pembalut pendek

Gambar 6 Pemasangan pembalut pendek

Perekatan: Dua set sokongan berbentuk seperti hururf X dipasang pada DIP jari telunjuk dengan lebar perekat kurang lebih ½ inci (lihat Gambar 7).

Gambar 7 Sokongan berbentuk huruf X

Perawatan: Penggunaan es setiap selesai sesi latihan dan pertandingan. Untuk terapi fisik sehari-hari, hanya dilakukan sedikit stimulasi untuk mengurangi rasa sakit. Selama pemain tidak merasa sakit atau tidak nyaman, terapi harus dilakukan untuk memperbaiki jangkauan pergerakan jari seperti semula.

Hasil: Tim pemain tersebut lolos ke semifinal sebelum akhirnya tereliminasi. Pemain tersebut mampu bertanding di dua pertandingan semifinal dengan jari yang dibalut. Tidak terjadi cedera yang lebih parah saat dia bertanding. Pada umumnya, ketika seorang pemain mengalami keretakan pada jarinya, tidak disarankan untuk memainkan pemain tersebut sampai keretakan tersebut sepenuhnya sembuh. Untuk menghindari gangguan pada cedera dan melindungi karir seorang pemain, direkomendasikan untuk menjalani periode penyembuhan total sebelum memperbolehkan seorang atlet bermain bola basket lagi.

Dalam kasus yang dijelaskan di sini, pemain tersebut mempunyai kemauan bermain yang sangat kuat dan situasi khusus di tim yang sedang menjalani babak play-off, oleh karena itu diperlukan pertimbangan yang matang sebelum memperbolehkan pemain tersebut bermain lebih awal dari waktu istirahat normal. Dan juga, memperhatikan kondisi keretakannya, resiko memburuknya cedera ini dirasa sangat kecil.

Tugas Petugas Meja : Time-Out dan Pergantian Pemain

Tugas Petugas Meja : Time-Out dan Pergantian Pemain

Saya akan mencoba mengilustrasikan dengan lebih realistis tentang interpretasi peraturan-peraturan time-out dan pergantian pemain.

Artikel 27.3.1
Seorang pelatih atau asisten pelatih mempunyai hak untuk meminta time-out. Cara melakukannya adalah dengan datang ke petugas meja dan meminta time-out dengan jelas, menggunakan isyarat dengan tangannya.

Artikel 28.2.1
Pemain pengganti mempunyai hak untuk meminta pergantian pemain. Cara melakukannya adalah dengan datang ke petugas meja dan meminta pergantian pemain dengan jelas, menggunakan isyarat dengan tangannya. Kemudian duduk di kursi pemain pengganti sampai ada kesempatan pergantian pemain.

Situasi 1:
Apakah pelatih boleh meminta time-out langsung dari bangku cadangan tanpa mendatangi petugas meja?

Interpretasi:
Sebenarnya, kejadian ini sangat sering terjadi pada kebanyakan pelatih. Pada situasi ini, petugas meja seharusnya memberikan toleransi dan menginformasikan ke wasit dengan membunyikan tanda ketika ada kesempatan time-out.
Sering kali, petugas meja terlalu berkonsentrasi pada pertandingan, dan tidak mendapatkan kontak visual dengan pelatih, sehingga tidak mengetahui kalau ada permintaan time-out. Pada kasus ini, dibutuhkan komunikasi verbal antar semua petugas meja. Meskipun demikian, pelatih seharusnya menyadari bahwa mereka beresiko tidak memperoleh kesempatan time-out jika petugas meja tidak mendengar atau melihat sinyal dari bangku cadangan.

Situasi 2:
Ketika bola mati dan waktu pertandingan berhenti, pelatih A, dari bangku cadangan, meminta time-out secara langsung pada wasit terdekat. Apakah akan diberikan kesempatan time-out?

Interpretasi:
Petugas meja seharusnya tidak memberikan time-out, tetapi bukannya memulai lagi pertandingan, wasit tersebut seharus bekerja sama dengan petugas meja dengan menyampaikan secara langsung permintaan time-out ke petugas meja atau mengarahkan pelatih A untuk menuju ke petugas meja. Selanjutnya petugas meja seharusnya mengabulkan permintaan pelatih A dengan memberikan kesempatan time-out.

Situasi 3:
Saat terdapat kesempatan pergantian pemain, wasit sedang memberikan bola ke tangan pemain yang akan melakukan throw in. Pada saat itu, pemain pengganti dari tim A datang dari bangku cadangan menuju petugas meja dan mengajukan permintaan pergantian pemain.

Interpreatasi:
Karena kesempatan pergantian pemain belum berakhir, petugas meja seharusnya bekerja sama dan mengindikasikan ke wasit bahwa telah terjadi permintaan pergantian pemain dengan secepatnya membunyikan tanda.

Situasi 4:
Tim A diberikan kesempatan melakukan pergantian pemain. Pemain A10 yang sebelumnya berada di kursi pemain pengganti sekarang berada di dalam lapangan. Pada saat itu, empat pemain lainnya, dari masing-masing tim, meninggalkan bangku cadangan dan menuju ke petugas meja untuk meminta pergantian pemain.

Interpretasi:
Karena kesempatan pergantian pemain belum berakhir, petugas meja seharusnya bekerja sama dan mengindikasikan ke wasit bahwa terjadi permintaan pergantian pemain tambahan dengan secepatnya membunyikan tanda.

Situasi 5:
Saat terjadi pergantian pemain oleh tim A, wasit meminta dengan tegas bahwa:
  1. Pemain pengganti dan pemain yang digantikan seharusnya melalui tengah-tengah lapangan, tepat di depan petugas meja.
  1. Pemain yang digantikan seharusnya meninggalkan lapangan bersamaan dengan masuknya pemain pengganti.
Apakah prosedur ini benar?

Interpretasi:
Prosedur ini salah karena akan terjadi penundaan waktu untuk memulai lagi pertandingan.
  • Pemain yang digantikan tidak perlu melapor ke petugas meja atau wasit, dan diizinkan untuk meninggalkan lapangan secepatnya melalui sisi manapun.
  • Pemain pengganti seharusnya tetap berada di luar garis batas, sampai wasit memperbolehkannya memasuki lapangan.
Setelah melakukan kontak visual dengan petugas meja dan pemain pengganti, wasit boleh memberikan isyarat dari di mana dia berada, tidak perlu berdiri di depan petugas meja. Tugas penting untuk wasit dan petugas meja saat terjadi pergantian pemain adalah:
  • Memastikan bahwa jumlah pemain yang meninggalkan lapangan sama dengan jumlah pemain pengganti yang memasuki lapangan.
  • Menyelesaikan proses pergantian pemain dan memulai lagi pertandingan secepat mungkin.

Situasi 6:
Kesempatan pergantian pemain atau time-out baru saja berakhir ketika pelatih A berlari ke petugas meja, dengan suara lantang meminta pergantian pemain atau time-out. Petugas meja bereaksi salah dengan membunyikan tanda. Wasit membunyikan peluit dan menginterupsi pertandingan.

Interpretasi:
Karena peluit wasit, bola menjadi mati dan waktu pertandingan berhenti, mengindikasikan kemungkinan kesempatan pergantian pemain atau time-out. Tetapi karena permintaan terlambat dilakukan, maka permintaan pergantian pemain atau time-out seharusnya tidak dikabulkan.